Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2010

Lamaran itu Datang juga

Gambar
“Jangan, nanti saja.” Kataku, dengan nada manja. “Ya udah.” Katanya sambil lalu. Dan aku tetap mengharap dia akan kembali dan mengajakku. Tapi, kulihat dia tak menengokkan lagi kepalanya. Aku sadar sepenuhnya bahwa ini adalah kesalahanku. Ibarat istilah, tak ada kesempatan yang kedua kalinya. Sore ini, aku sendiri lagi. Tak seperti biasanya, dia selalu datang dan mengajakku jalan-jalan. Sepenuhnya kuingat peristiwa kemarin. Dia menatapku manja, saat itu, benar-benar dia sangat romantis. Dia mengajakku jalan, tapi aku tampik. Hatiku sebenarnya tak seirama dengan mulutku. Aku hanya bosan mendengar bisikan tetanggaku yang selalu dengan penuh curiga memandangku. Mereka, di belakangku, membicarakan dia dan aku yang suka jalan sore. Padahal kami tak berbuat lebih, atau setidaknya tak berbuat apa yang sangkakan. “Ngelamun saja?” Tiba-tiba, ibuku datang dan membelaiku. Aku mengangguk saat itu, dan kukatakan, “Nggak, Bu. Hanya saja, kusendiri, tak ada teman yang datang.” Ibuku mengerlik

Bicara Gampang, yang Susah itu Praktiknya (?)

Gambar
Perbincangan di halte dengan karib lama membuahkan hasil yang tak diduga. Memang bukan di tempat mewah atau di resto terkenal perbincangan kami itu, tapi hanya di pinggir jalan raya, yang akrab dengan debu dan desing kendaraan bermotor. Namun, seolah hal itu tidak ada saja saking asyiknya kami mengobrol. Kami merasa ada di dunia lain yang serba lentur, fleksibel. Juga bebas berekspresi tanpa harus diganggu bising-bising yang ruwet itu. “Orang yang sering bilang ‘bicara gampang, yang susah itu praktiknya’ adalah dia yang punya mentalitas buruk.” Katanya, membuka perbincangan. Tapi saya tak sahuti, biarkan saja dulu teman saya itu ungkapkan apa yang ingin diluapkannya. Tapi selama beberapa menit saya tunggui dia untuk “berkicau” lagi ternyata masih diam. Dalam pikir saya, mungkin dia ingin ada respon dulu dari saya. “Maksudnya?” Lalu saya lanjutkan, “Kukira jarang orang tidak pernah berkata-kata demikian.” Dan ternyata benar, setelah saya lontarkan tanggapan gaya puitik itu, dia lang

Sebuah Keputusan Hari Ini akan Membawa Perubahan Besar pada Diri Kita ke Depannya (Selamat Ulang Tahun Adikku)

Gambar
Gejolak jiwa, sesungguhnya sering terjadi kepada siapa juga, tanpa mengenal kasta, status sosial, ataupun status ekonomi, atau bahkan agama. Gejolak jiwa yang dimaksud adalah, ketika di hadapan kita ada beberapa pilihan, dan salah satu pilihan itu terbaik dan pilihan yang lain, yang menurut kita tak baik, masih tetap dipertahankan, maka di situ ada pilihan: memakai yang baru dan kita tahu itu lebih baik, atau memakai yang lama padahal kita tahu bahwa eksistensinya tak lagi sesuai dengan apa yang diharapkan. Dalam posisi yang demikian, kita harus cerdik dan cerdas memilih. Dan siapa juga yang ingin tetap dalam pembodohan, atau ketidaknyamanan. Sesungguhnya gejolak jiwa itu sendiri adalah kebimbangan, atau dilematisasi yang pastilah menimbulkan konflik-konflik internal dalam diri. Risiko-risiko menjadi hal yang harus di hadapi. Tetapi kita harus berani.  Melangkah lebih pasti adalah pilihan terbaik. Sebuah pilihan. Itulah yang membuat kita akan menjadi berbeda, yaitu ketika kita deng

Sebagai Pribadi, Saya Menyesal Menyempatkan Menonton Demi Kekalahan yang Memalukan (?)

Gambar
Putaran pertama final Piala AFF 2010, leg 1, yang diadakan di Stadion Bukit Jalil, Malaysia, antara Indonesia dan Malaysia, tadi malam (25/12) telah membuat semua penonton di tanah air KECEWA. Pasalnya, banyak prediksi yang menyebut bahwa Indonesia telah bangkit dari keterpurukannya, bahwa “Indonesia akan menang melawan Malaysia seperti pada pertandingan sebelumnya, 5-1.” Nyatanya, tadi malam, kita kalah telak, 3-0, dari Malaysia! Dalam pikiran saya, masih mending kalau hanya 1-0 atau 2-1, ini 3-0. Bayangkan dengan kepala tidak botak! Irfan Bachdim, atau siapapun tak menjamin Indonesia bisa bangkit, buktinya, walau dia main pun kontribusinya sama sekali tidak nampak pada menit-menit terakhir babak kedua. Bahkan tendangan kaki kiri Gonzales pun seolah tak punya gigi. Padahal biasanya, tendangan kaki kirinya itu adalah pembawa “bencana” bagi gawang lawan. Pening saya. Tapi banyak hikmah yang dapat kita ambil dari pertandingan tadi malam, setidaknya, kita tahu bahwa kondisi memengaru

Kunjungan Boediono ke UIN Jakarta Disambut Demonstrasi

Gambar
Kunjungan Wakil Presiden RI, Boediono, ke Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada Kamis (23/12) kemarin, disambut demo mahasiswa. Jumlah pendemo itu sendiri tak banyak, hanya sekitar 75 orang dari ribuan mahasiswa UIN Jakarta. Namun, efeknya luar biasa. Jalan akses menuju Lebak Bulus lumpuh total. Sedangkan ke arah sebaliknya, Ciputat, masih dapat dikendalikan. Walau sempat ada aksi saling dorong antara mahasiswa dan aparat, namun itu tak mengakhiri apa-apa. Malah mahasiswa makin menjadi. Mereka melakukan aksi bakar ban (dan berhasil digagalkan aparat), aksi lempar "bola" kertas (seperti lempar jumrah dalam ritual haji, melempari setan), aksi sodor kaki tanpa sepatu, sampai aksi "menyajikan" pantat untuk aparat. Alasan demonstrasi sendiri, menurut Ayip Tayana, koordinator aksi, karena Boediono adalah orang neoliberalisme dan merupakan antek-antek Amerika. Di samping itu, Boediono dianggap orang paling bertanggung jawab atas kasus Bank Centu

Sore, Buku, Nulis, dan Internet

Gambar
Apa jadinya nasi kalau sudah jadi bubur? Jawabannya biar saya tebak, "Kalau pakai bumbu, terlebih pakai daging yang disukai, semua orang pasti setuju atas jawaban saya: enak!" Jawaban enak inilah yang kemudian membuat saya ketagihan untuk bersegera menikmati sore, setelah sebelumnya baca buku, kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan sendiri, di laman blog pribadi. Tiada duanya. Sore identik dengan "tua", dalam hal ini maknanya "matang dalam berpikir". Sedangkan buku, semua sudah tahu jawabannya, "buku adalah gudangnya ilmu, membaca adalah kuncinya". Nulis? Ada apa dengan menulis? Ekspresi diri paling subjektif dan asasi setelah "membaca". Dan kalau sampai hanya disimpan di secarik kertas, amat sayang, maka yang lebih baik, pilihan jatuh pada blog, laman internet pribadi yang dapat diakses kapanpun dan di manapun. Sedikit bercerita. Dulu, saya adalah seorang "pendekar malas". Besok mau ulangan misalnya, tobat saya, tetep tak

Hikmah di Balik Obrolan Pinggir Jalan

Gambar
Berbincang dengan sahabat baru memang berbeda, asyik, dan menyegarkan. Terlebih sahabat baru itu adalah dia yang bukan satu asal dengan kita. Maksud hati ingin menjelaskan bahwa, teman baru itu adalah Ilham, sebut saja demikian, berasal dari Bugis Sulawesi dan mas Ruly dari, sudah dapat ditebak, Jawa Solo. Saya, dari nama saja sudah dapat diterka, Sunda Sukabumi. Begitulah, tiga kawan tiga asal. Perbincangan yang mengalir membuat kami berbicara tentang apa saja yang beribrah. Hal motivasi, perantauan, kebijaksanaan hidup, mimpi, dan masa depan. Semua menjadi topik menarik. Satu hal yang paling berkesan, dan juga membawa hikmah terbesar, adalah tentang belajar memahami diri melalui kritik diri. Jujur, banyak saya temukan pelajaran ketika saya berdiskusi dengan mereka yang justru saya anggap awalnya sebagai “penghuni jalanan”. Kami bergembira setelah berdiskusi lama. Ternyata mereka adalah sosok-sosok yang luar biasa. Pengalaman menempa mereka menjadi pribadi tangguh, tahan bant

Selamat Ulang Tahun Pernikahan ke-15

Gambar
Teruntuk Ibu Elvi Susanti dan Bapak Budi Putra, Sebelumnya, maaf beribu maaf, karena pada hari h-nya, yaitu 1 Desember 2010, Aang tidak dapat mengucapkan sepatah kata apapun, padahal hari itu adalah momen paling ditunggu sekaligus paling bersejarah dalam rentang kehidupan pernikahan Ibu bersama Bapak. Sekali lagi, dengan penuh rasa sesal, Aang minta maaf atas kesalahan itu, juga atas kesalahan lainnya. Semoga Ibu bisa memafkan ini semua. n_n Desember belum berlalu, dan kebahagiaan itu masih terus, dan akan begitu selamanya, terlukis dan mendarah daging. Di bulan istimewa ini, yang dapat dipersembahkan hanyalah sebuket doa, semoga Ibu dan Bapak selalu ada dalam lindunganNya, tetap dalam kesehatan yang prima, dan semua asa dan cita dapat teraih dengan gemilang. Selamat Ulang Tahun Pernikahan ke-15 Semoga makin mesra, makin lekat, tetap kompak, dan sesuatu yang diingini oleh Ibu dan Bapak cepat terwujud. Amiin ya Robbal'alamiin. 15 Desember 2010 pukul 15:15, dan hanya ini yan

Analisis Nilai Persahabatan dalam Puisi "Entah" Karya Silvia Ratna Juwita

Gambar
Kesetiakawanan, kemengertian, dan saling memenuhi "kebutuhan" antarsahabat adalah hal yang mulia dan berharga. Sebelum mengobrak-abrik puisi "Entah", mari kita secara bersama baca perlahan dan renungi, sekali, dua kali, dan bila belum "srek", teruslah dibaca ... Puisinya sebagai berikut. Entah sebentar malam, jangan kau pergi duduk sebentar temani gundahku tentangnya... yang lama tak kujumpa kutemui di tengah keramaian ketika matahari lekas hentikan pendarnya dia... senyumnya pekat di mimpiku suaranya mengiang menjadikannya kisah singkat yang sulit kulebur untuk sekedar jadi kenangan malam... waktumu tak banyak lagi temani kubercerita tentang kisah ini tentang rasa, yang tak tahu lagi ke mana kan berarah pergilah malam... biar kumengadu saja pada embun esok entah apa lagi yang kan kuadu mungkin hanya sebongkah tangis pereda rindu Silvia Ratna Juwita Minggu, 12 Desember 2010, 21:42 Sumber puisi dari catatan facebook Silvia Ratna Ju

Nggak Bu, Yah, Hanya Saja ...

Gambar
Dia bertanya padaku, "Kenapa Kamu gak lirik aku?" Aku gak memedulikannya, dia terus saja mengecoh. Hem, aku lebih baik memerhatikan dia yang di depan, yang rambutnya berurai panjang, pesonanya benar-benar, matanya yang indah itu seolah melirikku juga. "Cantik benar." Pikirku, lanjutku, "Seandainya dia yang kini di sampingku." Jam 6 pagi kemarin, saat hujan masih tetap ngotot turun, aku melangkah ke trotoar, menyimpan jejak-jejakku di setiap incinya. Aku memang diriku. Langit menangis, sesungguhnya hatiku bahagia, karena kupunya teman sejati yang tiada pandang basah, dibasahinya. Oh, air, aku bukan kamu. Seandainya aku adalah kamu, kan kubasahi dia yang kemarin itu, yang rambutnya terurai panjang, indah melambai saat angin menyapunya. Memesona. Ruangan ini dingin, sedingin dan sebasah pakaian yang kukenakan. "Aku tak peduli," ujarku padaku. Dia datang, dia bukan yang berurai rambutnya, dia yang kemarin bilang, "Kenapa kamu gak lirik aku?&qu

Pilihan atau Bakat?

Gambar
Melanjutkan tulisan yang kemarin, tertanggal 08/12, berjudul "Kepenulisan: Pilihan atau Bakat?". Maka, dapat dikatakan, sesungguhnya ia adalah usaha. Tak serta merta orang menjadi penulis. Tiada pernah tersiar, bahwa menulis adalah kegiatan abrah kadabrah . Usaha, dalam hal ini diterjemahkan sebagai "pilihan". Nyata, bahwa bukan "bakat" menulis itu, melainkan "pilihan". Dengan demikian, maka belajar menulis sangat penting sedari awal agar benar-benar menjadi penulis. Mengapa tidak dikatakan "bakat"? Karena bakat, sesungguhnya adalah "dasar (kepandaian, sifat, dan pembawaan) yang dibawa sejak lahir: ia memiliki -- melukis (menyanyi dsb) ." Hal tersebut, tentu saja menurut referensi yang paling banyak dirujuk, ya, sebagian besar kita tahu: KBBI. Bila bakat, sesungguhnya menulis hanyalah milik orang tertentu yang "terpilih". Hem, betapa bagaimana itu? Terlepas dari opini yang ada, saya tetap meyakini, bahwa kepenulisa

Kepenulisan: Pilihan atau Bakat?

Saat kita mempresentasikan diri, dan berani untuk mengungkapkan sesuatu, maka terlihatlah di situ kompetensi kita. Dengan demikian, sesungguhnya kita adalah calon penulis besar. Percaya? Keyakinan diri dan usaha optimal akan membawa kita pada perwujudan dari apa yang kita percayai. Mengapa mengawali tulisan ini dengan nada yang seperti itu? Hal ini berkaitan dengan penyelenggaraan seminar kepenulisan yang diadakan Lingkar Sastra Tarbiyah (LST), Pojok Seni Tarbiyah (Postar) pada Rabu (8/12) kemarin. Sebagai narasumber, (kang) R.W. Dodo, telah meyakinkan semua yang hadir bahwa "menulis itu menyenangkan" dan "semua orang mempunyai potensi menulis", tinggal bagaimana kita mengoptimalkannya. Permainan dua-dua, yang kanan harus memotivasi yang kiri, begitu juga sebaliknya, membuat kita benar-benar mengungkapkan bahwa sesungguhnya siapa juga bisa menulis, bahwa kita dapat saja di hari yang akan datang menjadi seorang penulis kreatif: imitasi, inovasi, improvisasi. Saat b