Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2010

Paul si Peramal Bola Mati di Akuarium

Gambar
Paul, gurita yang dipercaya sukses memprediksi hasil tujuh pertandingan Dunia 2010, ditemukan mati di akuariumnya di Jerman. Para staf di taman maritim di Oberhausen mengatakan mereka sangat ''terpukul'' begitu mengetahui Paul telah mati Senin malam. Pengelola taman maritim Oberhausen mengatakan Paul tampak sehat ketika diperiksa kali terakhir Senin malam (25/10), tapi ditemukan tidak bernyawa lagi pagi hari Selasa. Paul menjadi terkenal di seluruh dunia setelah dia memilih kerang di salah satu dari dua kotak yang masing-masing dibubuhi gambar bendera negara yang akan bertanding. Kotak berisi kerang yang dia pilih sesuai dengan negara yang kemudian menang dalam pertandingan. Gurita jarang berumur lebih dari dua tahun, jadi kematian si Paul tidak mengejutkan. Paul berumur sekitar 2,5 tahun. Manajer taman maritim Oberhausen, Stefan Porwoll, mengatakan Paul dengan tepat menerka pemenang dalam pertandingan-pertandingan timnas Jerman di Piala Dunia, termasuk kekal

Indonesia Raih Medali Emas “World Creativity Festival” 2010

Oleh Handaka Dua siswa SMP delegasi Indonesia Novana Nisrina Wicaksana – SMP Islam Terpadu Nurul Fikri Depok dan Rana Fitri Athaya – SMP Al Azhar 6 Bekasi meraih medali emas dalam karya ilmiahnya telah mengkombinasikan kajian sains dan kreativitas tentang batik. Mereka memenangkan hadiah pertama dalam  ‘’World Creativitas Festival (WCF)”.  WCF merupakan acara tahunan ASEAN + 3 yang diselenggarakan di Daejeon, Korea Selatan, penyelenggaranya Korea Advanced Institute of Science and Technology (KAIST) dan The Korean Society for the Gifted (KSG). Para siswa yang berbakat dalam bidang sains melakukan kompetisi secara ketat, dengan kajian memperpadukan iptek dan karya tradional seperti batik yang bersumber lokal untuk tujuan menduniakannya (global). Misi WCF antara lain menyajikan kegiatan berkelas dunia bagi Siswa Berbakat dan Berkecerdasan Istimewa (CIBI) dalam bidang iptek dan memberikan inspirasi bagi para guru dan para pihak lain untuk mengembangkan program pembelajaran sains dan tekn

Prestasi, Apresiasi, Relasi, dan Eliminasi

Gambar
Oleh Aang Arwani Aminuloh   Di balik gagap gempita, seolah tersembunyi rahasiNya. Namun demikian, tak urung hati ini untuk berbesar hati menerima keadaan yang sesungguhnya pahit, tapi juga menyenangkan. Prestasi atas diraihnya juara tiga debat bahasa antarmahasiswa se-Jabodetabek dan Banten yang diselenggarakan oleh Pusat Bahasa dalam rangka Bulan Bahasa 2010 membawa angin segar tersendiri terutama untuk Lia, Monika, dan saya. Apresiasi pun berdatangan, utamanya dari mereka yang secara sadar mengerti akan sebuah perjuangan dan dedikasi.   Relasi, tak terelakan lagi, pastilah bertambah. Kami mengenal beberapa sahabat dari STKIP Setia Budi dan Universitas Indonesia. Beberapa di antaranya Zarnuji dan Sarah. Ada rencana, kami akan melakukan reuni dan saling kunjung universitas, tentu untuk menambah pengetahuan dan ilmu, utamanya perkembangan bahasa di tengah arus globalisasi dan modernisasi. Terlebih, diskursus mengenai bahasa Indonesia yang mempunyai peluang menjadi bahasa dunia haruslah

Kecewa: Semua Pupus Sudah

Ada momok dalam hal ini, tapi tak membuat saya untuk mengurungkan niat, menuliskan apa yang sebenarnya dialami. Psikologis saya yang mulai membaik, stabil, membawa kegembiraan tersendiri di tengah permasalahan yang dipicu oleh ketidakmengertian dan inkonsepsi yang sangat fatal. Ketidakmengertian itu timbul karena adanya birokrasi yang berkepentingan sehingga menimbulkan kerancuan-kerancuan yang diartifisialkan. Pada mulanya, saya menganggap bahwa semua dapat terlaksana sesuai dengan yang dipetakan. Namun, realisasinya di lapangan, dapat ditebak, pastilah jauh dan jauh dari harapan. Selama prasangka-prasangka yang negatif bersarang, maka selama itu pula kemerdekaan diri dalam berpikir dan berkreativitas akan bawahan dihalang-halangi. Dalam pernyataan yang lebih ekstrim, saya menyebut upaya itu bukanlah suatu yang menghalang-halangi melainkan mengebiri . Dalam benak saya, tak ada maksud terselubung ataupun laten. Melainkan murni ingin memajukan dan menghidupkan. Suatu upaya nyata agar

Dua yang Dikorbankan untuk Tiga Kesempatan yang Lebih Baik

Gambar
Memang berat ketika harus mengambil keputusan yang tepat dalam suasana yang dilematis. Namun, berkat pengalaman dan bimbingan hati yang selalu diasup pengetahuan yang menjadi ilmu menjadikan semuanya dapat teratasi dengan lebih baik. Hal kekurangan, itu adalah suatu fitrah. Fitrah yang harus terus direkontruksi ke arah yang lebih positif. Dua yang dikorbankan adalah hal yang sangat berharga. Teringat perkataan: Yang baik menurutmu adalah yang harus kamu berikan (baca: korbankan) karena itu lebih baik jika kamu tahu. Ya, dalam kesempatan lain aku sangat merindukan akan terjadi lagi peristiwa yang terkorbankan itu. Tiga kesempatan yang diambil, juga tak kalah urgennya bagi kemajuan pengetahuan, pengalaman, perkenalan, pendewasaan berpikir, serta dinamisasi perspektif yang melaju ke depan, ke arah yang membangun dan membaikkan. Salah satu dari tiga kesempatan yang diambil itu adalah menjadi peserta lomba debat bahasa dengan topik Kebijakan Politik Pemerintah Berpengaruh [dan Pengaruhny

Jangan Panggil Aku

Mengapa perlu? Hanya saja aku sakit perut, tadi, hanya sakit, tak lebih. Jangan katakan aku seperti Juleha, aku Jumena. Ya, Jumena. Jumena yang sedang sakit. Katakan, aku hanya terbuang dari kumpulan alang saja. Bukan kumpulan olala yang tak jelas. Sayapku patah. Susah lagi untuk merekatnya. Ah, sampai kapan? Jangan tanya! Jangan panggil aku. Hanya untuk memilahku menjadi padi yang tak kau olah menjadi beras. Federasi Amerika. Kau tahu? Ya sudahlah, Bondan. Pusing! Tidak kah aku tidak mengerti. Mengapa kamu menuliskan hal yang sulit diterjemahkan? Mau tahu. Karena aku kini sedang sebelah masalah. Jangan tanya kenapa! Hanya diam itu yang akan aku persembahkan bila kau bertanya. Sejelasnya: dua kesempatan telah aku membuangnya tidak sengaja. Jangan tanyakan. Aku tak punya alasan. Jangan panggil aku. Mohon, jangan. 11/10/2010 Depok