Kecewa: Semua Pupus Sudah

Ada momok dalam hal ini, tapi tak membuat saya untuk mengurungkan niat, menuliskan apa yang sebenarnya dialami. Psikologis saya yang mulai membaik, stabil, membawa kegembiraan tersendiri di tengah permasalahan yang dipicu oleh ketidakmengertian dan inkonsepsi yang sangat fatal.

Ketidakmengertian itu timbul karena adanya birokrasi yang berkepentingan sehingga menimbulkan kerancuan-kerancuan yang diartifisialkan. Pada mulanya, saya menganggap bahwa semua dapat terlaksana sesuai dengan yang dipetakan. Namun, realisasinya di lapangan, dapat ditebak, pastilah jauh dan jauh dari harapan.

Selama prasangka-prasangka yang negatif bersarang, maka selama itu pula kemerdekaan diri dalam berpikir dan berkreativitas akan bawahan dihalang-halangi. Dalam pernyataan yang lebih ekstrim, saya menyebut upaya itu bukanlah suatu yang menghalang-halangi melainkan mengebiri.

Dalam benak saya, tak ada maksud terselubung ataupun laten. Melainkan murni ingin memajukan dan menghidupkan. Suatu upaya nyata agar rencana atau program yang telah dibuat tidak hanya sebatas wacana. Bila seandainya niatan positif ini direspon negatif, maka menarik diri adalah jalan terbaik. Saya sudah bulat untuk menuangkan konsep dan ide yang ada ini untuk hal lain, karena, menurut orang yang dekat dengan saya yang sekaligus saya menghormatinya, katanya, bila memang punya kreativitas, tapi kita tak punya tempat di situ, maka tempat lain pastilah akan menampung kita. Percaya!

Pernyataannya telah menggugah saya, walaupun sebelum itu sudah ada yang mengatakan dengan redaksi yang sama, dan saya menghaturkan terima kasih kepada mereka. Merekalah, salah satunya, yang membuat kondisi kestabilan emosi ini tercapai. Dan bagi mereka yang lain, saya juga haturkan terima kasih karena sudah mau menampung saya. Walau hanya beberapa minggu terakhir, tapi bagi saya itu cukup. Terima kasih pula atas destruksitas yang telah dibidikkan kepada saya khususnya, dan kepada teman saya yang lain, karena ini sungguh menyakitkan. Kami kecewa berat (meminjam ungkapan saudari sahabatku).

Menutup tulisan ini, saya ingin menekankan bahwa semua manusia merdeka, merdeka dalam arti memberi ruang kepada orang lain untuk berkereativitas dan merealisasikan ide serta pemikirannya. Saya tahu, bahwa posisi saya hanyalah sebagai seorang yang hanya numpang nama saja, dengan demikian kapasitasnya pun kecil. Hanya boleh mangut tanpa dapat berkontribusi lebih. Karena itu, apa yang ditakutkan, biasa yang ditakutkan itu terjadi. Padahal, seandainya menerima dan mau menampung, burung yang ada di sangkar itu niscaya akan betah tanpa mau merusak sarang yang ada sehingga ia lepas. Melayang jauh ke angkasa.

22 Oktober 2010
Jakarta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AYAT-AYAT PEDUSUNAN (Telaah Puisi "Cipasung" Karya Acep Zamzam Noor)

First Making Love of Etaqi

Sabar, Rajin Shalat, dan Tekun Beribadah merupakan Bagian dari Tujuan Pendidikan dalam Islam