The Diamond of Life

Kehidupan ini memang terjal, bahkan berbagai cara kita menghadapinya pun, terjalnya kehidupan ini tak pernah pupus dari pengalaman hidup kita. Sulit memang, tapi kita harus punya keyakinan kalau hidup ini akan memberikan tajinya untuk kita. Entah kapan, mungkin suatu saat. Yang kita perlukan sekarang hanyalah mempercayainya.

Hal di atas bisa terpikir sesaat selama saya akan bertemu dengan seorang teman karib yang sangat baik. (Iya, daripada menunggu bengong saja. Saya pikir, ada baiknya juga saya menulis. Maka saya tulis kisah ini.) Tidak hanya teman, dia bagi saya adalah sahabat, keluarga, dan orang yang paling fleksibel dalam melihat masalah. Kenapa saya bisa berkata demikian? Karena saya cukup lama mengenalnya, hampir empat tahun lebih. Tapi itu hanyalah kesimpulan saya yang sifatnya, tentu saja, subjektif.

Saya akan lanjutkan tulisan ini, dan kita akan mulai dengan kata “pengalaman”. Mengapa kata itu yang dipilih, karena inilah inspirasi pertama saya menulis ini.

Pengalaman adalah pengajar terbaik yang manusia miliki. Kenapa begitu? Karena pengalaman selalu mengajari kita sesuatu dari peristiwa-peristiwa yang kita lalui. Dia hidup dalam pikiran kolektif manusia, sehingga ke depannya, kita diharapkan bisa mengambil langkah-langkah antisipatif jika menghadapi model pengalaman yang sama, dan dijadikan cerminan untuk pengalaman yang baru sama sekali dalam kehidupan kita.

Pengalaman itu tak selalu baik, artinya, pengalaman yang buruk pun, bertebaran bahkan sering kita lalui. Tapi itulah kehidupan. Selama kita hidup, pengalaman-pengalaman itu akan senantiasa melingkupi kita sampai napas ini ditarik oleh malaikat maut. Pengalaman yang baik belum tentu berujung baik. Begitu juga pengalaman yang buruk belum tentu berakhir buruk. Maksudnya adalah, jangan terlalu gembira jika pengalaman baik sedang menghampiri kita, karena bisa saja pengalaman yang baik itu berujung buruk. Begitu pula ketika pengalaman buruk menyapa kita, kita jangan terlalu sedih dan larut dalam tangis panjang yang tak berkesudahan, karena bisa jadi pengalaman buruk yang kita alami ujung-ujungnya baik, bahkan sangat baik. Jangan heran, karena begitulah model hidup yang ideal. Keduanya—antara baik dan buruknya pengalaman—tak terpisahkan, seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain

Hal yang paling baik untuk melihat pengalaman itu adalah kita harus mengalaminya, mendalaminya, dan meresapinya. Pandanglah pengalaman itu dengan bijaksana, dan ikhlaslah untuk menjalaninya. Keikhlasan kita untuk menjalani kehidupan seperti itu akan membawa kita pada pemahaman bahwa pengalaman hidup itu, yang sedemikian banyaknya, akan membuat kita semakin dewasa.

Pengalaman adalah vitamin dan nutrisi yang baik bagi bekal hidup kita di masa yang akan datang. Pengalaman mengajarkan kita untuk selalu lebih kuat, selalu lebih optimistis, dan selalu lebih untuk terus melakukan yang terbaik dalam hidup ini. Pengalaman memberikan kita siraman rohani secara real. Oleh karena itu, pengalaman hidup akan senantiasa melekat pada pikiran kita. Dia hanya perlu dipelihara, dan kita pilah: pengalaman yang baik harus dijadikan panutan agar kita lebih baik lagi, sementara pengalaman yang buruk kita ambil pelajarannya, kita ambil hikmahnya. Karena, dari semua pengalaman yang kita lalui, hal itu tak luput dari buliran hikmah yang sangat banyak. 

Bagi saya pribadi, pengalaman itu adalah berlian hidup. Dia sangat amat berharga, bahkan dari kehidupan itu sendiri. Mengapa? Karena ketika kehidupan ini menawarkan kekejamannya pada diri kita, penawar yang ampuh hanyalah pengalaman. Dengan pengalaman itu, kita akan menjadi sekuat baja, bahkan bisa lebih dari itu. Pengalaman selalu memberikan kita pilihan akan harapan-harapan, akan sebuah kemungkinan baru, dan pengalaman pulalah yang memberikan kita kebijaksanaan, kemajemukan dalam melihat masalah, dan mampu memberikan solusi dari apa yang sedang dan akan kita hadapi.

Yah, itulah pengalaman. Sedikit banyaknya pengalaman, hal itu harus kita terima dengan keikhlasan hati. Karena dia, sesungguhnya akan mengantarkan kita pada kesuksesan hidup. Maka, syukurilah. Tuhan itu menunjukkan kebaikan-Nya melalui pengalaman-pengalaman yang kita jumpai setiap harinya. Dia, Tuhan Yang Mahabaik.

“Sesungguhnya, pada setiap kesulitan itu ada kemudahan.” (QS Al-Insyiraah : 6)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AYAT-AYAT PEDUSUNAN (Telaah Puisi "Cipasung" Karya Acep Zamzam Noor)

First Making Love of Etaqi

Sabar, Rajin Shalat, dan Tekun Beribadah merupakan Bagian dari Tujuan Pendidikan dalam Islam