Polisi Idaman


Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Rasanya pribahasa ini sangat tepat untuk menggambarkan situasi yang mencerminkan perilaku seorang polisi yang berbeda antara yang terjadi di Inggris dan di Indonesia. Di Inggris, tepatnya di kawasan Wimbeldon, seorang petugas polisi kedapatan melakukan sesuatu di luar kebiasaannya sebagai petugas kebersihan. Ilustrasi ini tentu saja sangat kontras dan tidak lazim terjadi di Indonesia. Di Indonesia, polisi seolah berlomba untuk memamerkan kekuasaannya atas jabatan, sehingga secara pribadi mereka akan sangat malu melakukan hal semacam polisi di Inggris itu. Kebanyakan polisi kita juga haus akan penghormatan dari masyarakat, dan posisinya yang ingin selalu terdepan ketika berada di tengah kerumunan penduduk.
Polisi kita juga kadang ego serta terlalu memasang muka garam, sehingga slogan untuk melindungi dan mengayomi masyarakat seolah tinggal jargon belaka. Hal ini terbukti dari kenyataan bahwa ketika masyarakat kita mendengar kata polisi, sebagian kita sudah merinding alias takut duluan. Padahal wujud polisinya tidak ada, apalagi kalau sampai sosok polisi hadir, mungkin sebagian kita ada yang kencing di celana saking grogi dan canggungnya berhadapan langsung dengan polisi. Seharusnya, jika memang polisi benar-benar melindungi dan mengayomi, ketika kita mendengar kata polisi, kita bangga dan merasa tenang. Terlebih jika polisi itu hadir, tentu seharusnya merasa sangat terjamin keselamatan kita, dan kesan kekeluargaan, persahabatan muncul menjadi kesan yang sangat kental.
Saya secara personal menulis ini terinspirasi oleh sebuah tulisan yang sangat inspiratif, yang dimuat di salah satu laman koran Republika (2/8) yang berjudul “Polisi Sekaligus Petugas Kebersihan.” Dalam tulisan yang terkategori singkat  (hanya terdiri dari enam paragraf), itu digambarkan bagaimana seorang polisi yang berbadan besar dan tegap, sedang memunguti sampah di kawasan Stasiun Wimbeldon, Inggris. Sang polisi melotot tajam saat tahu bahwa aktivitasnya dipotret oleh Republika, lekas ia bertanya, “Apa yang Anda lakukan?” Awak media Republika lalu menjelaskan bahwa hal itu dilakukan sebagai bagian dari peliputan jurnalistik.
Sungguh perilaku yang patut ditiru oleh para polisi kita. Luar biasa. Walau begitu, kita juga tidak boleh menutup mata di tengah kenyataan bahwa polisi kini sedang berbenah diri untuk terus melakukan yang terbaik bagi masyarakat. Ke depan, kita harapkan revitalisasi birokrasi internal kepolisian membuahkan hasil yang positif, sehingga masyarakat tak perlu lagi harus merogoh uang untuk semua pengaduannya kepada polisi. Sikap polisi yang suka menilang, dan hanya beres urusan dengan uang tempel, semoga bisa diatasi pula hingga ke akar rumputnya, sehingga masyarakat tidak lagi dirugikan oleh perilaku miring oknum polisi. Sungguh, jika demikian adanya, tak mustahil polisi kita menjadi idaman. Semoga!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AYAT-AYAT PEDUSUNAN (Telaah Puisi "Cipasung" Karya Acep Zamzam Noor)

First Making Love of Etaqi

Sabar, Rajin Shalat, dan Tekun Beribadah merupakan Bagian dari Tujuan Pendidikan dalam Islam