Mau Percaya atau Tak; yang Jelas Teman itu Obat. n_n
Reuni alumni Darmut (akronim dari Darul Muta'allimin, sekolah aliyah kami) angkatan 2008, berjalan dengan baik dan sesuai dengan apa yang diprediksikan. Ya, prediksinya adalah, bahwa semua teman kami yang berjumlah 30 itu, yang semuanyanya lelaki, tidak mungkin akan hadir semua. Namun demikian, saya merasa sudah sangat lengkap saja. Mengapa? Karena keterwakilan sudah cukup melegakan hati dan pikiran ini. Tidak hadir semua bukan berarti bahwa di dalam tubuh kami ada rongga-rongga yang harus ditutupi. Tapi itulah, setelah kami lulus, semua menyebar, semua memiliki pekerjaan, ada yang kuliah, ke luar kota, dan lainnya. Semua patut disyukuri dan ini menjadi salah satu indikator bahwa kami tidak sia-sia masuk aliyah.
Banyak yang psimistis bahwa setelah lulus aliyah, ranah kerja mereka sempit, atau untuk melanjutkan ke perguruan tinggi agak mengalami banyak kendala, atau yang lebih ekstrim, adalah pandangan bahwa lulusan aliyah dari segi kualitasnya cukup diragukan daripada yang lulusan SMA. Atas pernyataan terakhir ini, saya sangsi. Toh pada kenyataannya, kita tidak dapat menutup mata, bahwa mereka yang lulusan SMA pun banyak yang tidak mendapat pekerjaan yang layak, atau kuliah mereka tertunda-tunda, dan dalam hal dunia sosial, kita banyak menemukan bahwa lulusan MA tidak kalah lebih bermanfaat dari lulusan SMA.
Kembali ke topik, reuni benar-benar meninggalkan bekas. Percaya atau tidak, bahwa teman, sesungguhnya mereka, adalah obat bagi kerinduan dan rasa persahabatan. Reuni menjadi alternatif paling mujarab untuk itu.
Salam,
Komentar
Posting Komentar
sematkan komentar di blog ini