Haruskah Menyempatkan Diri, Hanya Sehari?
Oleh Aang Arwani Aminuloh
Tanggal 6 November tinggal sehari lagi, itu berarti waktu untuk bertemu dengan "teman lama" sudah sangat dekat. Tidak sabar rasanya, namun tetap harus menepuk dada, menyarankan hati agar jangan tergesa. Satu yang terkenang, bukan saat reuni pertama, tapi waktu kami berfoto masih berpakaian "rapi". Ya, waktu itu, setelah kami selesai acara kelulusan di sekolah, kami mendatangi rame-rame rumah sahabat kami terdekat, dan di sana, dengan segala keluguan dan kegembiraan, namun juga kesedihan hati, menyempatkan bersama untuk mengenang masa-masa kami usia 18an tahun, atau 19-an tahun. Entah akan jadi apa nanti kami. Masih menerka. Tetapi, keyakinan kami selalu kuat: menjadi "manusia". Ya, itulah tujuannya, bagaimana menjadi seorang yang bermanfaat bagi sekitar dan dapat mengabdikan diri untuk kepentingan yang lebih luas: agama, bangsa, dan negara.
Saat berfoto itu, kegembiraan kami memuncah, beraura, memancarkan kesejatian sahabat, yang tak kan terlupa. Membayangkan sekarang, ingin kembali ke masa itu, tapi hanya dapat, dapat membayang saja. Momen besok, jika semua teman berkumpul, pastilah akan menciptakan atmosfer yang sama dengan ketika foto ini dijepret. Rasa, semua asa, seolah sudah ada di sana, di tempat kami akan berkumpul. Kami akan melihat diri kami berbeda. Berbeda secara fisik, pemikiran, dan orientasi ke depan. Namun, semua itu tidak membeda-bedakan akan satu dengan satu teman lainnya. Semua sama: kami pernah satu kelas, kami pernah berjalan dan lelengkah halu bersama, merasakan masak dan makan rame-rame, rekreasi nekad ke Pelabuhan Ratu dan sekarang saya baru sadar kalau pada waktu itu, ketika ke Pelabuhan, tidak dapat mengikuti. Demikianlah. Semua membawa kenangan indah, saat bersama, saat remaja.
Agenda besok, walau tidak tahu akan melakukan apa, tapi saya tak mempermasalahkan hal itu. Yang penting adalah berkumpul, berkumpul, dan berkumpul. Dan bersama kita sebaris, merumuskan pertemuan tahun depan, menceritakan masa-masa lalu yang terkenang, menceritakan kekinian yang serba berbeda, dan mari duduk bersila bersama untuk saling mendoakan dan mendukung satu sama lain. Saling memotivasi, saling memberi nasihat, dan yang paling utama, tali persahabatan serta silaturahim di antara kita tetap terus terjaga sampai kita beranak bercucu.
Dengan harapan yang besar, yaitu kita dapat berkumpul besok dan bermuajahah, dapat meningkatkan kesalingsetiaan dan kesalingpengertian di antara kita. Saya sendiri, hanya dapat sehari di sana. Walau ingin berlama-lama, tapi toh kita masing-masing memiliki patokan waktu yang sudah terpetakan. Tugas yang berbeda di masa sekarang, mendorong saya, menyadarkan bahwa saya harus menyempatkan diri. Bukan mencari-cari kesempatan, karena bila di undur dan di undur, tak kan terlaksana apa yang kita inginkan bersama. Beralasan pun tidak akan menyelesaikan apa yang sudah direncanakan ini.
Salam,
Jakarta, 5 November 2010
Komentar
Posting Komentar
sematkan komentar di blog ini