SMUP (9): Perayaan
Sumber gambar dari sini. |
Merayakan ulang tahunnya, dan kita harus gembira, menghiburnya dan memberikan yang terbaik. Dalam bentuk apa saja, yang tentunya masih dalam batas teritorial kenormalan yang diakui. Sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. Juga ketika teman kita juara. Pastinya kita ucapkan selamat dan merayakannya secara sederhana. Bahkan perayaan kadang luput, tapi sesungguhnya amat penting untuk kita merayakannya guna semangat bagi siapapun, inspiratif. Pun teman kita mendapat kegembiraan, merayakannya adalah jalan terbaik. Misalnya mendapat pacar baru atau hal lain, mendapat hadiah di suatu program tertentu, dan atau diterima kerja di perusahaan favorit. Kita mengucapkan kepadanya selamat dan merayakan kegembiraannya, dengan apapun yang positif.
Bentuk perayaan sendiri, seyogyanya meriah, penuh riasan, dan kado, juga bunga. Intinya hura-hura. Namun sebenarnya ada perayaan yang tak sekedar perayaan. Yaitu, introspeksi dan mensyukuri hidup. Diisi dengan kegiatan semisal pengajian. Pengajian yang berisi ceramahan tentang arti penting kita berterima kasih kepada Allah atas semua nikmat yang telah diberikannya, juga pembacaan alQuran semisal surah Yaasin. Ini lebih bermakna dan bermanfaat, serta berefek ganda. Yaitu, secara horisontal kita dapat mempererat tali kemanusiaan, sesama ciptaan Tuhan. Utamanya dalam hal ini sahabat kita: dengan sahabat, kita jadi semakin kokoh, dengan sahabat pula kita menjalin sesuatu yang baik bagi hidup dan kehidupan kita, kini dan yang akan datang. Dan secara vertikal, hubungan kita dengan Sang Mahacipta juga tak diabaikan begitu saja. Dalam pengertian, bahwa Tuhan dan kita bak panas dengan api. Kita dengan Tuhan memiliki hubungan yang positif.
Dengan demikian, perayaan tidak harus dengan poya-poya yang akhirnya hanya menghabiskan materi saja tanpa ada sesuatu yang dapat diambil. Sesuatu, apapun itu. Renungan atau hal lain, lebih dekat dengan Tuhan. Pun dengan ciptaanNya. Perayaan sebenarnya juga adalah sesuatu yang baik mana kala kita mengarahkannya pada kebaikan. Juga, tentu menjerumuskan apabila kita memahami konsep perayaan sebagai sesuatu yang harus wah.
Sebagai contoh dari perayaan yang menjerumuskan adalah ketika teman kita menjadi juara cover boy, misalnya. Kita ramai-ramai mendatangi rumahnya dan mengajak dia ke klab malam. Memintanya untuk mentraktir dan minum serta "bermain" sepuasnya. Hal yang dituai bukanlah suatu yang baik, melainkan kemelaratan dan keniscayaan akan degradasi kepercayaan. Baik dari orangtua, maupun masyarakat. Juga teman-teman yang lain, yang berkategori baik.
Oleh karena itu, memahami perayaan sebagai bagian dari persahabatan selayaknya dipandang dan disikapi dengan bijak dan penuh kesadaran. Kesadaran akan kemanfaatan tentulah harus mendapat prioritas. Bahwa tali persahabatan apabila dikonstruksi dari konstituen yang baik, maka akan menjadi kebaikan yang membaikkan. Semoga kita termasuk sahabat yang membahagiakan—merayakan--sahabatnya dengan deburan keindahan yang terpancar dari sanubari keikhlasan. Apa adanya, namun berkenang sepanjang hidup.
Depok, 03 September 2010
Komentar
Posting Komentar
sematkan komentar di blog ini