Seandainya Bersabar Sedikit
Pukul 23:00 WIB, saya mendapati hape yang tergeletak di meja tamu itu sudah berisi satu pesan belum dibaca. Saya buka dan isinya, "Ang, aku mohon bantuan, boleh gak ya?" Sejenak saya perhatikan pengirim sort message ini. Ternyata dia adalah teman SMA saya. Namanya, saya tidak mungkin menyebutkannya di sini.
Saya balas, "Bantuan apa?" Selang beberapa detik, SMS dari indosat datang membrendel saya, seperti peluru laras. SMS indosat, program isi pulsa aku. Dan setelah saya cek nomor yang dielukan diisi. Ternyata benar, itu nomor teman saya yang tadi. Karena sudah larut malam, tidak ada konter yang buka, terlebih saya bukan berada di pusat keramaian. Saya hanya berada di kota, tapi pinggirannya.
Pagi, saya telepon dia melalui nomor rumah. Ketika saya katakan bahwa malam tadi saya tak sempat melihat SMS dari Indosat itu, dan akan menjelaskan yang lainnya, tiba-tiba dia memutus telepon saya. Dicoba dihubungi lagi, malah direject.
Padahal apa bila dia mau bersabar sedikit, mungkin kejadiannya akan lain. Akan berubah sesuai dengan yang dia harapkan: pulsanya terisi.
Saya balas, "Bantuan apa?" Selang beberapa detik, SMS dari indosat datang membrendel saya, seperti peluru laras. SMS indosat, program isi pulsa aku. Dan setelah saya cek nomor yang dielukan diisi. Ternyata benar, itu nomor teman saya yang tadi. Karena sudah larut malam, tidak ada konter yang buka, terlebih saya bukan berada di pusat keramaian. Saya hanya berada di kota, tapi pinggirannya.
Pagi, saya telepon dia melalui nomor rumah. Ketika saya katakan bahwa malam tadi saya tak sempat melihat SMS dari Indosat itu, dan akan menjelaskan yang lainnya, tiba-tiba dia memutus telepon saya. Dicoba dihubungi lagi, malah direject.
Padahal apa bila dia mau bersabar sedikit, mungkin kejadiannya akan lain. Akan berubah sesuai dengan yang dia harapkan: pulsanya terisi.
28 Juni 2010
Komentar
Posting Komentar
sematkan komentar di blog ini