Sisi Mata Uang Persahabatan (7): IRI
Bila ditilik dari segi akhlak, maka sifat yang satu ini pastilah dikatagorikan tercela. Karena sifat iri selalu mengekspresikan ketidaksenangan terhadap kelebihan, kebahagian, keberuntungan yang dialami oleh orang lain. Namun, pengertian tersebut dalam hal ini tidak berlaku secara seluruh. Dalam mata uang persahabatan, iri didefinisikan sebagai suatu tindakan yang selalu ingin menduplikasi apa yang menjadi kelebihan dan keluarbiasaan yang dimiliki teman, dengan tidak menunjukkan rasa benci, malah yang ada adalah kenyamanan dan kehangatan. Karena, dengan kedekatan. Maka proses peniruan akan berlangsung kontinu dan secara sempurna dapat diimitasi.
Sebagai contoh, Budi di sekolah dasar memiliki banyak teman. Salah satu yang paling dekat dengannya adalah Wirana. Wirana, selama 5 tahun terakhir selalu melihat Budi sebagai siswa sebayanya yang berprestasi. Bahkan sudah 5 tahun ini, pun posisi Budi sebagai bintang kelas tak pernah tergeserkan oleh siapapun. Selalu ranking 1 di kelasnya, membuat Wirana penasaran kepada Budi, resep apa yang sebenarnya dijalankan olehnya. Wirana iri kepada Budi, karena hampir setiap tahun, ketika acara kenaikan kelas, Budi selalu berada di deretan paling depan di panggung. Dan selalu mendapat hadiah yang cukup membuat orang lain ingin memilikinya. Hal ini menarik minat Wirana untuk lebih dekat lagi dengan Budi. Tentu untuk mengetahui tips jitu meraih kursi pertama di kelas. Segala cara dia lakukan, mulai dari alasan mengerjakan PR bareng, mengadakan acara masak-masak, atau sekedar main memanjat pohon kelapa selepasnya baru belajar, dan cara lainnya yang relevan.
Kedekatannya cukup membuahkan hasil. Wirana masuk 10 besar saat kelas 6. 3 tahun kemudian, yaitu masa Mts (SMP Islam), Wirana menduduki 5 besar. Dan pada masa Aliyah (SMA Islam), Wirana merasakan bagaimana menjadi bintang kelas. Walau dia sendiri jauh dari Budi—sebagai informasi: Budi bersama Wirana selama 9 tahun, tepatnya masa SD ditambah MTs, sedangkan Aliyah, Wirana dan Budi berpisah, menempuh sekolah masing-masing. Wirana di Aliyah, sedangkan Budi di SMA Negeri—dan disadari betul, bahwa menjadi bintang kelas adalah risiko bila harus dapat menjawab setiap pertanyaan, berani mengakui kekeliruan bahkan kesalahan, dan yang lebih penting adalah mau membantu teman yang belum mengerti, dengan sikap handap asor dan berjiwa besar.
Jadi, bila kita melihat dengan jeli pokok masalah dalam alkisah tersebut, sebenarnya iri dalam persahabatan memiliki effect yang positif, juga konstruktif. Terbukti dengan sifat irinya, Wirana mampu menorehkan prestasi yang prestisius. Walau terbilang alot, tapi itulah proses. Semoga kita menjadi Wirana-wirana berperstasi yang mampu menghayati arti sebuah kemenangan.
Depok, 11 Juli 2010
Sebagai contoh, Budi di sekolah dasar memiliki banyak teman. Salah satu yang paling dekat dengannya adalah Wirana. Wirana, selama 5 tahun terakhir selalu melihat Budi sebagai siswa sebayanya yang berprestasi. Bahkan sudah 5 tahun ini, pun posisi Budi sebagai bintang kelas tak pernah tergeserkan oleh siapapun. Selalu ranking 1 di kelasnya, membuat Wirana penasaran kepada Budi, resep apa yang sebenarnya dijalankan olehnya. Wirana iri kepada Budi, karena hampir setiap tahun, ketika acara kenaikan kelas, Budi selalu berada di deretan paling depan di panggung. Dan selalu mendapat hadiah yang cukup membuat orang lain ingin memilikinya. Hal ini menarik minat Wirana untuk lebih dekat lagi dengan Budi. Tentu untuk mengetahui tips jitu meraih kursi pertama di kelas. Segala cara dia lakukan, mulai dari alasan mengerjakan PR bareng, mengadakan acara masak-masak, atau sekedar main memanjat pohon kelapa selepasnya baru belajar, dan cara lainnya yang relevan.
Kedekatannya cukup membuahkan hasil. Wirana masuk 10 besar saat kelas 6. 3 tahun kemudian, yaitu masa Mts (SMP Islam), Wirana menduduki 5 besar. Dan pada masa Aliyah (SMA Islam), Wirana merasakan bagaimana menjadi bintang kelas. Walau dia sendiri jauh dari Budi—sebagai informasi: Budi bersama Wirana selama 9 tahun, tepatnya masa SD ditambah MTs, sedangkan Aliyah, Wirana dan Budi berpisah, menempuh sekolah masing-masing. Wirana di Aliyah, sedangkan Budi di SMA Negeri—dan disadari betul, bahwa menjadi bintang kelas adalah risiko bila harus dapat menjawab setiap pertanyaan, berani mengakui kekeliruan bahkan kesalahan, dan yang lebih penting adalah mau membantu teman yang belum mengerti, dengan sikap handap asor dan berjiwa besar.
Jadi, bila kita melihat dengan jeli pokok masalah dalam alkisah tersebut, sebenarnya iri dalam persahabatan memiliki effect yang positif, juga konstruktif. Terbukti dengan sifat irinya, Wirana mampu menorehkan prestasi yang prestisius. Walau terbilang alot, tapi itulah proses. Semoga kita menjadi Wirana-wirana berperstasi yang mampu menghayati arti sebuah kemenangan.
Depok, 11 Juli 2010
Pada Sisi Mata Uang Persahabatan (4): SALING CURIGA, terdapat sebuah cerpen yang linknya tak dapat diklik. Berikut link yang benar: http://pulse.yahoo.com/_2METEFCEXUNLIYSECWUT6WMOTI/blog/articles/47070
Komentar
Posting Komentar
sematkan komentar di blog ini