Sisi Mata Uang Persahabatan (4): SALING CURIGA
Wah, memang ada ya?! Apakah mungkin antarsahabat saling curiga? Mengapa? Adakah motif terselubung? Hem, saya tahu, pasti ini pertanyaan menjebak. Iya kan?!
Sejenak, untuk memahami kesalingcurigaan ini, mari kita baca sepenggal cerita "Algia-Ilopa" di bawah ini.
Seminggu setelah peristiwa itu, Algia mendapat teguran keras dari Ibunya. Dia dikatai sebagai anak yang tidak bertatak karma. Ibunya, yang berasal dari keturunan biru itu, merasa dijatuhkan martabatnya oleh anaknya sendiri. Dan pada saat yang sama, Ilopa juga mendapati dirinya seolah tak dihargai oleh Folte, seniornya sesama pedagang di jalanan. Secara, Folte mengajaknya untuk berhubungan badan. Dan bagi Ilopa, ini suatu penghinaan.
Keduanya kemudian teringat akan rahasianya masing-masing. Algia, setahu dirinya, hanya Ilopa yang memergokinya waktu itu. Jadi, Algia curiga ke Ilopa bahwa temannya itulah yang melapor ke Ibunya. Ilopa juga sama, bahwa dirinya hanya bercerita kepada seorang saja di dunia ini. Ya, dialah Algia. Cerita yang memalukan dan pengalaman pahit: Royana dan Hend, dua orang teman lamanya, keduanya mati terlimbas kereta api setelah memerkosa dirinya. Bagi Ilopa, kematian keduanya merupakan yang terbaik dalam hidupnya. Dan atas dasar ini, Ilopa curiga kepada Algia. Algialah menurutnya yang membocorkan rahasia itu ke Folte.
Cerita di atas adalah gambaran dari poin keempat mata uang persahabatan, yaitu saling curiga. Keduanya, mendapati argumentasi yang kuat bahwa temannyalah yang melakukan itu. Melakukan "pelaporan" bagi Algia atas Ilopa, dan "pembocoran" bagi Ilopa atas sahabatnya, Algia. Semua kecurigaan yang terbentuk, pada hakikatnya masih dalam "kecurigaan kelas teri". Mengapa? Karena keduanya berpikir konvergen, tanpa berpikir adanya kemungkinan. Seandainya mereka berpikir divergen, maka kecurigaan terhadap teman bisa diminimalkan bahkan mungkin dianulir. Kemungkinan yang dimaksud dapat berupa, Algia: ketika dia melakukan adegan itu dengan Gertas, selain Ilopa yang melihat, kemungkinan lainnya adalah ada yang melihatnya juga, siapa saja, dan yang melihat itu berkemungkinan besar kenal dengan ibunya. Bagi Ilopa: ketika bercerita kepada Algia, ada orang yang menguping. Si penguping tadi menceritakan ulang kepada Folte. Dan kemungkinan lain yang logis.
Lanjutan cerita "Algia-Ilopa"
Seminggu setelah aku melihat video mereka, aku pertama menemui Gertas, aku telah membuat janji dengannya untuk bertemu di sebuah café di dekat rumahnya. Aku katakan bahwa bila anakku minggu ini mengajaknya untuk apa saja, jangan dulu mau. Aku juga memohon padanya, agar dia untuk sementara waktu tidak mendekati anakku dulu. Ini semua demi reputasiku dan nama baik keluargaku. Setelah itu, pada malam harinya, aku dengan halus "menasihati" anakku. Lebih lanjut aku katakan bahwa ada saatnya untuk melakukan itu, bahkan lebih dari itu. Tapi, kataku, kau harus bersabar untuk itu. Sebaiknya engkau belajar sekarang ini dengan serius, dan raihlah prestasi yang tinggi. Aku tahu, waktu itu tersirat di wajahnya garis kekecewaan dan kemarahan padaku. Pun demikian, aku tahu bahwa itu baginya hanyalah sesaat.
***
Aku, Folte, sebenarnya tahu akan rahasia itu. Secara, aku memergoki langsung mereka melakukan itu pada Ilopa. Saat itu, setelah aku melakukan aktivitas keseharianku, aku bertemu dengan Royana dan Hend. Aku akui keduanya adalah temanku. Setelah pertemuan itu, aku melihat keduanya membelot ke tempat Ilopa tidur. Dalam benakku, aku mengira mungkin mereka hanya ingin bercengkrama biasa dengan gadis itu. Tetapi, ketika aku ingin memastikan apa yang mereka perbuat, aku dapati Ilopa dibekap. Dan secara bergilir, dua kawan bejadku melakukan "pemakjulan" atas keperawanan Ilopa. Aku tak kuat ingin membela, tapi aku tahu, posisiku saat itu kurang menguntungkan. Aku ingin pula keselamatan jiwaku. Maka aku memilih pulang kembali ke "rumah"ku dan tidur. Keesokan harinya, di rel kereta, dekat tempat kami membangun gubuk, warga berkumpul. Dua orang sudah dalam keadaan tak bernyawa. Diduga terlibas kereta api. Aku tak ambil pusing atas kejadian itu.
Berselang lama setelah itu, hasratku untuk "menggagahi" Ilopa muncul. Tapi aku tak mau "memaksa". Aku ingin atas kesadaran. Tapi ketika ajakanku tak dihiraukannya, akupun mengerti bahwa kejadian itu membuatnya trauma.
01 Juli 2010
Bagaimana? Ternyata, penting bukan untuk berpikir dua atau bahkan tiga, sepuluh kali guna menyisihkan kecurigaan? Karena itu, sangat wajar bila kecurigaan itu nilainya selalu, rata-ratanya NOL. Lalu, apa sebenarnya curiga? Curiga adalah bentuk prasangka yang menempatkan premis mayor, maupun minornya, salah sehingga konklusinya pun salah. Antarsahabat, memang saling curiga adalah sesuatu yang tak dapat dihindari. Selalu saja ada yang harus dicurigai dari sahabat kita, apa saja. Dan ini menjadi peluang besar untuk meretakan persahabatan yang telah di bangun bertahun-tahun. Kecurigaan juga sebenarnya dapat mengeratkan tali perkawanan, dengan syarat: kesadaran untuk memaafkan, berbesar hati, dan memprioritaskan persahabatan itu di atas segalanya.
Depok, 01 Juli 2010
Sejenak, untuk memahami kesalingcurigaan ini, mari kita baca sepenggal cerita "Algia-Ilopa" di bawah ini.
Seminggu setelah peristiwa itu, Algia mendapat teguran keras dari Ibunya. Dia dikatai sebagai anak yang tidak bertatak karma. Ibunya, yang berasal dari keturunan biru itu, merasa dijatuhkan martabatnya oleh anaknya sendiri. Dan pada saat yang sama, Ilopa juga mendapati dirinya seolah tak dihargai oleh Folte, seniornya sesama pedagang di jalanan. Secara, Folte mengajaknya untuk berhubungan badan. Dan bagi Ilopa, ini suatu penghinaan.
Keduanya kemudian teringat akan rahasianya masing-masing. Algia, setahu dirinya, hanya Ilopa yang memergokinya waktu itu. Jadi, Algia curiga ke Ilopa bahwa temannya itulah yang melapor ke Ibunya. Ilopa juga sama, bahwa dirinya hanya bercerita kepada seorang saja di dunia ini. Ya, dialah Algia. Cerita yang memalukan dan pengalaman pahit: Royana dan Hend, dua orang teman lamanya, keduanya mati terlimbas kereta api setelah memerkosa dirinya. Bagi Ilopa, kematian keduanya merupakan yang terbaik dalam hidupnya. Dan atas dasar ini, Ilopa curiga kepada Algia. Algialah menurutnya yang membocorkan rahasia itu ke Folte.
Cerita di atas adalah gambaran dari poin keempat mata uang persahabatan, yaitu saling curiga. Keduanya, mendapati argumentasi yang kuat bahwa temannyalah yang melakukan itu. Melakukan "pelaporan" bagi Algia atas Ilopa, dan "pembocoran" bagi Ilopa atas sahabatnya, Algia. Semua kecurigaan yang terbentuk, pada hakikatnya masih dalam "kecurigaan kelas teri". Mengapa? Karena keduanya berpikir konvergen, tanpa berpikir adanya kemungkinan. Seandainya mereka berpikir divergen, maka kecurigaan terhadap teman bisa diminimalkan bahkan mungkin dianulir. Kemungkinan yang dimaksud dapat berupa, Algia: ketika dia melakukan adegan itu dengan Gertas, selain Ilopa yang melihat, kemungkinan lainnya adalah ada yang melihatnya juga, siapa saja, dan yang melihat itu berkemungkinan besar kenal dengan ibunya. Bagi Ilopa: ketika bercerita kepada Algia, ada orang yang menguping. Si penguping tadi menceritakan ulang kepada Folte. Dan kemungkinan lain yang logis.
Lanjutan cerita "Algia-Ilopa"
Seminggu setelah aku melihat video mereka, aku pertama menemui Gertas, aku telah membuat janji dengannya untuk bertemu di sebuah café di dekat rumahnya. Aku katakan bahwa bila anakku minggu ini mengajaknya untuk apa saja, jangan dulu mau. Aku juga memohon padanya, agar dia untuk sementara waktu tidak mendekati anakku dulu. Ini semua demi reputasiku dan nama baik keluargaku. Setelah itu, pada malam harinya, aku dengan halus "menasihati" anakku. Lebih lanjut aku katakan bahwa ada saatnya untuk melakukan itu, bahkan lebih dari itu. Tapi, kataku, kau harus bersabar untuk itu. Sebaiknya engkau belajar sekarang ini dengan serius, dan raihlah prestasi yang tinggi. Aku tahu, waktu itu tersirat di wajahnya garis kekecewaan dan kemarahan padaku. Pun demikian, aku tahu bahwa itu baginya hanyalah sesaat.
***
Aku, Folte, sebenarnya tahu akan rahasia itu. Secara, aku memergoki langsung mereka melakukan itu pada Ilopa. Saat itu, setelah aku melakukan aktivitas keseharianku, aku bertemu dengan Royana dan Hend. Aku akui keduanya adalah temanku. Setelah pertemuan itu, aku melihat keduanya membelot ke tempat Ilopa tidur. Dalam benakku, aku mengira mungkin mereka hanya ingin bercengkrama biasa dengan gadis itu. Tetapi, ketika aku ingin memastikan apa yang mereka perbuat, aku dapati Ilopa dibekap. Dan secara bergilir, dua kawan bejadku melakukan "pemakjulan" atas keperawanan Ilopa. Aku tak kuat ingin membela, tapi aku tahu, posisiku saat itu kurang menguntungkan. Aku ingin pula keselamatan jiwaku. Maka aku memilih pulang kembali ke "rumah"ku dan tidur. Keesokan harinya, di rel kereta, dekat tempat kami membangun gubuk, warga berkumpul. Dua orang sudah dalam keadaan tak bernyawa. Diduga terlibas kereta api. Aku tak ambil pusing atas kejadian itu.
Berselang lama setelah itu, hasratku untuk "menggagahi" Ilopa muncul. Tapi aku tak mau "memaksa". Aku ingin atas kesadaran. Tapi ketika ajakanku tak dihiraukannya, akupun mengerti bahwa kejadian itu membuatnya trauma.
01 Juli 2010
Bagaimana? Ternyata, penting bukan untuk berpikir dua atau bahkan tiga, sepuluh kali guna menyisihkan kecurigaan? Karena itu, sangat wajar bila kecurigaan itu nilainya selalu, rata-ratanya NOL. Lalu, apa sebenarnya curiga? Curiga adalah bentuk prasangka yang menempatkan premis mayor, maupun minornya, salah sehingga konklusinya pun salah. Antarsahabat, memang saling curiga adalah sesuatu yang tak dapat dihindari. Selalu saja ada yang harus dicurigai dari sahabat kita, apa saja. Dan ini menjadi peluang besar untuk meretakan persahabatan yang telah di bangun bertahun-tahun. Kecurigaan juga sebenarnya dapat mengeratkan tali perkawanan, dengan syarat: kesadaran untuk memaafkan, berbesar hati, dan memprioritaskan persahabatan itu di atas segalanya.
Depok, 01 Juli 2010
Klik link berikut untuk mengetahui cerpen lengkap Algia-Ilopa: http://pulse.yahoo.com/_2METEFCEXUNLIYSECWUT6WMOTI/blog/articles/47070
Komentar
Posting Komentar
sematkan komentar di blog ini