Pertengkaran Kecil yang Mengesankan
Ada kalanya, kita, sebagai sahabat, bertengkar kecil-kecilan. Dari masalah yang gak penting banget sampai masalah yang sangat krusial. Dan hal yang paling sederhana telah terjadi sore tadi. Oh, bukan sore, tapi setelah Magrib. Apatah itu?
Jawabannya, lihatlah gambar di bawah ini.
Betul, gambar inilah sumber masalahnya. Tapi, sedikit pun saya tak kan menyalahkan benda yang tak bernapas ini. Karena jelas kehadirannya tidaklah salah. Malah banyak membawa untung, manfaat. Namun, ada beberapa hal yang perlu mendapat atensi. Pertama, ada sesuatu yang sangat urgen sehingga menimbulkan kesalahpahaman yang tak berarti. Maksudnya, antarteman, bagi yang satu hal penting, bagi satunya lagi juga tak kalah. Urgensitasnya pada masing-masing hampir sama. Tetapi, bila ditilik lebih komprehensitas lagi, maka akan ditemukan pada salah satunya akan kepincangan emosi semata. Bahwa kepentingannya hanya bersifat ingin memuaskan keinginan tanpa ada hal lain yang dilakukan.
Kedua, bahwa dalam kapasitasnya sebagai teman, salah satunya kadang memberi respon. Respon yang multitafsir. Apakah sebenarnya dia ikhlas melakukan itu? Apakah ada keterpaksaan yang bersifat absurd? (Ketidakmasukakalannya relatif, apakah karena sesuatu yang tak mau diungkapkan sebab gengsi, atau memang hal itu bersifat privasi sehingga tidak mungkin orang lain harus tahu, dan lainnya. Yang jelas, absurdnya ada). Apakah dia sebenarnya ingin kita senang? Atau ingin kita berpikir? Atau lainnya yang dianggap menguntungkan atau merugikan secara nyata.
Ketiga, dalam realnya hidup, satu sama lain saling mebutuhkan, saling menutupi kekurangan, dan berbagi. Ada kalanya, harus mengalah dan mengalahkan. Dan semua berbaur, atau berkolaborasi, menjadi sesuatu yang abstrak namun tercitra dalam gerak nyata yang terasa. Itulah, semua dapat dijelaskan, semua dapat menjelaskan.
Ketiga poin di atas, menjadi sangat penting untuk diperhatikan sebagai diskursus share yang menjelaskan akan perkara yang tak dapat dilisankan secara langsung ketika masalah yang sama menghampiri.
Semoga hikmah menghampiri siapapun yang melihat kejernihan masalah secara proposional dan memperhatikan aspek keterikatan batin pada benda tersayang. Semoga!
31 Agustus 2010
Jawabannya, lihatlah gambar di bawah ini.
Sumber gambar dari sini. |
Betul, gambar inilah sumber masalahnya. Tapi, sedikit pun saya tak kan menyalahkan benda yang tak bernapas ini. Karena jelas kehadirannya tidaklah salah. Malah banyak membawa untung, manfaat. Namun, ada beberapa hal yang perlu mendapat atensi. Pertama, ada sesuatu yang sangat urgen sehingga menimbulkan kesalahpahaman yang tak berarti. Maksudnya, antarteman, bagi yang satu hal penting, bagi satunya lagi juga tak kalah. Urgensitasnya pada masing-masing hampir sama. Tetapi, bila ditilik lebih komprehensitas lagi, maka akan ditemukan pada salah satunya akan kepincangan emosi semata. Bahwa kepentingannya hanya bersifat ingin memuaskan keinginan tanpa ada hal lain yang dilakukan.
Kedua, bahwa dalam kapasitasnya sebagai teman, salah satunya kadang memberi respon. Respon yang multitafsir. Apakah sebenarnya dia ikhlas melakukan itu? Apakah ada keterpaksaan yang bersifat absurd? (Ketidakmasukakalannya relatif, apakah karena sesuatu yang tak mau diungkapkan sebab gengsi, atau memang hal itu bersifat privasi sehingga tidak mungkin orang lain harus tahu, dan lainnya. Yang jelas, absurdnya ada). Apakah dia sebenarnya ingin kita senang? Atau ingin kita berpikir? Atau lainnya yang dianggap menguntungkan atau merugikan secara nyata.
Ketiga, dalam realnya hidup, satu sama lain saling mebutuhkan, saling menutupi kekurangan, dan berbagi. Ada kalanya, harus mengalah dan mengalahkan. Dan semua berbaur, atau berkolaborasi, menjadi sesuatu yang abstrak namun tercitra dalam gerak nyata yang terasa. Itulah, semua dapat dijelaskan, semua dapat menjelaskan.
Ketiga poin di atas, menjadi sangat penting untuk diperhatikan sebagai diskursus share yang menjelaskan akan perkara yang tak dapat dilisankan secara langsung ketika masalah yang sama menghampiri.
Semoga hikmah menghampiri siapapun yang melihat kejernihan masalah secara proposional dan memperhatikan aspek keterikatan batin pada benda tersayang. Semoga!
31 Agustus 2010
Komentar
Posting Komentar
sematkan komentar di blog ini