... Mengapa selalu sajak yang kutulis itu Apabila pertanyaan-pertanyaan datang menyerbu Selalu sajak, Tuhanku, mengapa selalu ia Yang mampu kuberondongkan kepadaMu Atau barangkali karena aku tahu Engkaulah penyair itu Yang begitu mempesonaku Yang telah membelenggu hidup dan matiku Dengan segala keasinganMu [1] I Sapardi Djoko Damono terkenal sebagai kritikus sastra masa kini, bisa dikatakan, lelaki berkacamata kelahiran Solo itu sebagai pengganti “Paus Sastra” kita, H.B. Jassin. Seorang yang karyanya—novel ataupun puisi—mendapat “coretan tangan” darinya, pastilah bukan seorang biasa. Dia dapat diidentifikasi sebagai pribadi yang patut diperhitungkan, terlebih karya yang diulas itu, pastilah ia merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa. Ketika membaca sebuah buku yang bersampul orange , yang di atasnya tercoretkan Sihir Rendra: Permainan Makna dan tertera nama “Sapardi Djoko Damono”. Secara sengaja, disusurilah tulisan yang berjudul “Pedusunan A
First Making Love of Etaqi Angin berbisik kapada dedaunan, dan mereka pun menari-nari tanpa lelah, upah dan patah. Dedaunan yang tua kalah, mereka harus menanggung risiko tersingkirkan dari domisilinya karena rapuh. Dan tak ada yang dapat mengubah itu, siapapun, dari manusia. Dedaunan itu memenuhi halaman kosanku, sungguh hal yang menjengkelkan. Karena pagi yang cerah terkontaminasi dengan serakan dedaunan yang, menurutku, tak seharusnya. Bahkan mawar merah yang sedang merekah pun terlihat jelek tatkala dedaunan itu memenuhi pot dan sekitarnya. Kuambil ijuk, dan kusapu bersih halaman kosanku. Rasanya lega ketika kulihat halaman ini terbebas dari sampah. Saat pagi, halamanku tak sekotor seperti biasanya, mungkin, pikirku, dedaunan tua itu sudah habis. Tetapi, hal yang tak kuinginkan terjadi. Etaqi, seorang lelaki tampan yang beberapa hari ini lalulalang dipikiranku, termangu, sangat menyedihkan sekali aku melihatnya. Dia lusuh, wajahnya tak lagi membinarkan keceriaan. Matanya jontor, ba
PENDAHULUAN MODERNITAS PADA AWAL abad 21 ini telah menunjukkan batang hidungnya sebagai suatu kekuatan baru yang penuh dengan kejutan dan tantangan. Kejutan yang menghadapkan kita pada kenyataan akan kemajuan ilmu dan teknologi serta informasi yang super cepat lagi fleksibel. Dan tantangan yang dilahirkannya adalah globalitas, di mana batas antarnegara di dunia sudah dianggap tak berarti lagi, dan itu mengindikasikan, bahwa penetrasi budaya asing telah mendapatkan celahnya yang strategis. Dengan demikian, filterisasi dari suatu bangsa harus ditingkatkan. Salah satu cara untuk meningkatkannya adalah, dengan memperkokoh fondasi-fondasi setiap insan melalui pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan memiliki peran yang sangat urgen untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan setiap warga negara agar tetap dalam koridor sehingga mentalitas, akhlak, dan kepribadiannya menunjukkan kemantapan, yang berarti mencerminkan keutuhan identitas bangsa. Maka tak heran, jika pendidikan merupakan suatu t
Komentar
Posting Komentar
sematkan komentar di blog ini