Malam Pekat dan Sejarah Permalaman

Suasana Malam di Jembatan Suramadu
Malam selalu identik dengan gulita yang dihiasi oleh erangan nyamuk yang melodinya tak pernah meninggalkan telinga dan kegelapan serta khas dengan suasana yang sepi nan penuh bebintangan. Malam, dengan kemilau yang gelam selalu menjadi impian para kelelawar dan mata kucing yang membulat, bundar. Dapat pula dinyatakan, bahwa malam memiliki sidik yang jelas: gelap. Malam, kini menjadi semakin akrab dengan manusia karena perayaan Ramadhan yang dihidangkan Tuhan sebagai bulan yang penuh dengan rahmat, juga hadiah terindah yang Tuhan berikan bagi manusia. Shalat malam dan sahur menjadi aktivitas yang tak dapat dielakan. Itu dapat dilakukan karena adanya malam. Tanpa malam, entah akan jadi apa sahur.

Perputaran Bumi terhadap Matahari
Rotasi Bumi
Membincangkan sejarah permalaman, kita pasti akan mengatakan bahwa adanya malam sebagai kausalitas atas posisi yang berubah secara kontinu dari suatu objek bulat besar yang setia dan tak pernah protes terhadap benda yang memiliki cahaya yang tak pernah padam ataupun redup yang lama perputarannya 365 hari, 5 jam, 49 menit, 12 detik. Dan malam, timbul sebagai salah satu dari rotasi bumi. Eksistensi malam selalu berkaitan dengan sejarahnya itu. Dan hal tersebut, berlaku karena ada Sang Mahakuasa, yang dengan absolutitas interpensiNya menjadikan ketundukan dan kepatuhan secara seluruh dari benda yang luasnya 510 juta kilometer persegi itu, juga benda langit lainnya. Malam, dengan demikian bersejarah dari penciptaan. Dan hal itu tentu berkaitan dengan diciptakannya benda yang memiliki massa seberat 59.760 milyar ton, bumi, dan angkasa yang luasnya tak terukur itu. Sebelumnya, objek berdiameter 12.756 kilometer itu tidak ada. Ia ada karena ada yang menciptakan. Dan pencipta itu tiada lain adalah Sang Mahacipta, Allah.

Malam pekat dan sejarah permalaman memiliki konektivitas yang erat, sekaligus juga berkorelasi positif atas respon dari perputaran bumi terhadap matahari. Malam, tanpa adanya sejarah penciptaan imposibelitas ada. Oleh karena itu, malam dan sejarahnya adalah anugerah terbesar yang diberikan Tuhan. Karena malam, disediakanNya untuk beristirahat dan berenung, utamanya bagi mereka yang berpikir dan bersyukur.

23 Agustus 2010

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AYAT-AYAT PEDUSUNAN (Telaah Puisi "Cipasung" Karya Acep Zamzam Noor)

First Making Love of Etaqi

Sabar, Rajin Shalat, dan Tekun Beribadah merupakan Bagian dari Tujuan Pendidikan dalam Islam