Buber (Bagian II)
Berbicara mengenai sahabat, tidak akan habis-habisnya. Bahkan, setiap generasi selalu mengapresiasi lain akan arti dan cakupan sahabat itu. Untuk setiap wilayah pun, sahabat memiliki warna tersendiri. Namun demikian, tetap memaku pada satu titik yang sama: dia adalah orang terdekat kita yang paling penting.
Oleh karena itu, penghargaan tertinggi selalu disematkan kepada sahabat. Dan salah satu penghargaan penting itu adalah, dengan mengakui eksistensi teman-teman secara seimbang, proposional. Wujud dari proposionalitasnya itu, satu di antara yang paling penting adalah dengan berkumpul dan berkomunkasi dengan mereka secara lebih dekat, intens. Dalam hal ini, buber. Buber, mengeratkan satu sama lain, dan ia adalah wujud kekompakan dan keserasian di antara warga kelas. Merupakan petanda bahwa saling menghargai dan menjunjung tinggi perbedaan yang ada menjadi sangat menonjol. Toleransi, menjadi penting dan strategis kedudukannya agar tatanan perkawanan di antara warga kelas tetap utuh, terjaga.
Gambar 1 |
Gambar 2 |
Seperti halnya gambar 1 di atas, menunjukkan betapa mesra dan bersahabatnya suasana buber itu. Terlihat nyata dalam gambar bahwa kami begitu akrab. Dengan polah yang bervariasi, tapi kami tetap bersatu, mengusung kemajuan bersama. Uniknya, kami merasa percaya diri saja, walau keberadaan kami numpang di rumah orang.
Tengoklah gambar 2, tercitra jelas kami dekat dengan tuan rumah. Mereka menerima kami apa adanya, sehingga bingkisan kecil sebagai kenang-kenangan pun kami sematkan padanya. Dalam pemberiannya, tentu kami tak mungkin melakukan secara bersama. Hal paling penting, ada wakil, mewakili.
Gambar 3 |
Gambar 3, secara tersirat memperlihatkan keakraban konkret antarteman. Begitu juga gambar 4, dan gamar 5. Semuanya indah, semua menjadi berpadu dalam gemerlap kebersamaan yang menakjubkan. Tidak ada cemburu, apalagi saling curiga berlebih.
Lebih jauh, gambar 3 menginformasikan kepada kita tentang Vivy, Dwi, dan Uji yang posisi mereka sejajar. Namun tak bisa dipungkiri, bahwa secara spesial melihatkan kepada kita akan gaya persahabatan yang puristik.
Gambar 4 |
Sedangkan gambar 4, memperlihatkan keakraban yang intim. Keakraban yang penuh dengan nuansa sahabat yang kental. Kebahagian tersirat di antara gaya dan cara. Unik. Dan dialah Eko, plus Zulfa. Gaya Zulfa memberi warna tersendiri pada citra yang satu ini. Juga cara Eko yang kalem. Sensasi yang penuh pesona dan keluguan.
Dengan senyumnya, Zulfa mampu memberi kesan tepat kepada kita akan calon istri masa depan yang setia lagi pengertian. (Didoakan semoga benar-benar menjadi istri bagi suaminya kelak, istri yang setia dan pengertian; shalehah). Dan dengan gaya berpakaiannya Eko yang koko banget. Memberi sentuhan tak tertuga akan calon suami bagi istrinya kelak sebagai lelaki yang bertanggung jawab dan dengan penuh usahanya berkeinginan untuk memberikan kebahagian pada istri dengan pengorbanan yang terukur. Serta menjadi imam yang siap membawa bahtera mengarungi lautan kebaikan kenikmatan yang tiada ulas ujungnya.
Gambar 5 |
Untuk selanjutnya, yaitu gambar 5, mengekspresikan dengan jelas pesona Zulfa sebagai mahasiswi yang narsis lagi anggun. Juga dua orang di sisinya, yaitu Dea dan Eya, mengapit kenarsisan kawan mereka dengan respon yang tak kalah narsis.
Namun, kenarsisan kedua kawan ini tak begitu ekspresif seperti Zulfa. Dea, kalem menopang dagu dengan tangan kirinya yang khas. Juga Eya, senyum dan gayanya, tak diragukan lagi, adalah buah dari kebiasaannya berpose di depan kamera.
Sebagai penutup dari rangkaian poto yang begitu estafet. Disajikan gambar 6 yang begitu mesra antardua sahabat yang yang unik. Dalam satu komentarnya, dituliskan bahwa poto ini lebih tepat sebagai poto pencarian orang hilang. Namun, terlepas dari itu semua. Poto ini cukup penting bagi masa depan, saat mereka tua dan keriput menghampiri kulit muka mereka.
Gambar 6 |
Sebelum pamungkas, ada komentar penting yang harus disajikan, bahwa mengelompok-ngelompokkan teman pada asasinya tidaklah lagi zaman di era kini di mana toleransi dan kesetaraan dijunjung tinggi. Amat ortodoks dan sempit, bila masih menganggap bahwa kekelompokan menjadi suatu yang prioritas.
Berharap, semoga perkawanan kita tetap terpelihara sampai saatnya nanti, sampai waktu yang tak ditentukan. Mari kita buktikan bahwa kekompakan itu masih hidup di antara kita. Berpecah belah bukan solusi yang baik. Ia adalah penghancur yang nyata. Mari kita tinggalkan perpecahan. Dikotomi tak lagi masanya.
H I D U P P B S I 5 B ! ! !
H I D U P P B S I 5 B ! ! !
24 Agustus 2010
Komentar
Posting Komentar
sematkan komentar di blog ini