Buber (Bagian I)

Keluarga besar PBSI 5b yang ikut buber di rumah Rofi
Tanggal 17 Agustus 2010 menjadi momen penting bagi kami, kelas PBSI 5b. Mengapa? Karena pada waktu itu, kami buka bersama (buber). Suatu anugerah, dan juga keistimewaan, kami dapat berkumpul seperti layaknya keluarga. Dan memang kami sekarang adalah keluarga. Keluarga besar PBSI 5b.

Beberapa yang berkesan dari pertemuan itu adalah, pertama, kami menjadi semakin dekat dengan teman sekelas. Kedua, kerinduan akan teman ternyata sangat terasa kental padahal kami hanya tak bertemu sekira 2 bulanan, apalagi kalau sampai 2 atau 3 tahun. Entah apa jadinya, bila kelak kami keluar (lulus). Pastinya, kekangenan ingin berkumpul menjadi mutiara yang tak ternilai harganya.

Kikan: Saya, Zulfa, Eko, dan Rofi (Salah satu poto buber)
Ketiga, terbangunnya kesadaran secara kolektif bahwa berteman adalah harta yang sangat berharga dalam kehidupan ini. Saking berharganya persahabatan itu, kami tak akan rela menukarnya dengan apapun juga. Bahkan segunung emas sekalipun. Mengapa? Emas segunung pastilah akan habis, dan kita akan dibuatnya repot plus capek karena harus menjaganya dan merawat, serta ini itu. Sedangkan sahabat, dia tak perlu kita jaga atau rawat. Dia pastinya akan menjaga dan merawat dirinya sendiri. Karena asasinya, kebersihan itu bukan untuk orang lain tapi untuk diri sendiri. Dengan demikian, persahabatan menjadi tak ternilai karena hasil penjagaan dan perawatan secara otonom menghasilkan kualitas yang bermutu tinggi dan tak tertandingi.

23 Agustus 2010

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AYAT-AYAT PEDUSUNAN (Telaah Puisi "Cipasung" Karya Acep Zamzam Noor)

First Making Love of Etaqi

Sabar, Rajin Shalat, dan Tekun Beribadah merupakan Bagian dari Tujuan Pendidikan dalam Islam