Peristiwa Subuh Itu

Hari itu, Selasa (1/12) adalah hari mengerikan bagiku. Betapa tidak? Seluruh keluargaku hilang. Aku mengutuk mereka. Biadab mereka. Mengingatnya, berarti mengoyak perasaanku. Entah kenapa bila aku ingat hari itu, hatiku gerang, panas, juga pilu sekaligus menyesal.

Subuh itu, pintu rumah kami digedor-gedor, dan aku langsung terperanjat bangun. Ketika membuka pintu, tiba-tiba kepalan tangan itu menonjok perutku sampai aku tersungkur. Dan aku mencoba bangkit, kemudian tendangan keras menghantam dari belakangku, dan aku merasa benda tumpul baru saja menimpa punggungku. Aku merasa sejenak berada di alam yang tak kumengerti.

Kala bangun, aku dapati kamar Ibu dan Ayah kosong. Aku tak tahu orangtuaku dibawa ke mana oleh mereka. Dan saat kamar adikku dibuka, aku melihat tak ada siapa-siapa. Hatiku cemas. Ke mana mereka membawa keluargaku? Diapakan mereka? Apakah mereka dibunuh? Bagaimana nasib adikku?

Mereka bertopeng. Jumlahnya lebih dari lima orang. Kami tak kenal siapa mereka dan yang mengirim mereka, hanya jadi pertanyaan yang tak kami temukan jawabannya saat ini.
Saat diriku tak mampu lagi berjalan, aku sekuat mungkin memapah diri sampai ke luar rumah. Mataku menyelidik keseluruh penjuru di sekitar taman hijauku, tapi tak kusaksikan apapun. Lalu aku melolong, "Ibu, Ibu, Ayah, Yah, Ryaa, Ryaaaaaaa!" Tak ada sahutan. Aku lemas dan terkulai, merebah di atas rerumputan tamanku yang hijau.

A. A. Aminuloh
29/05/2010

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AYAT-AYAT PEDUSUNAN (Telaah Puisi "Cipasung" Karya Acep Zamzam Noor)

First Making Love of Etaqi

Sabar, Rajin Shalat, dan Tekun Beribadah merupakan Bagian dari Tujuan Pendidikan dalam Islam