Apresiasi, Introspeksi, dan Ekspresi Negatif

"Anda, sini, benar ini?"
"Benar, Pak!"
"Anda luar biasa."

Dialog kecil itu telah membuat saya termotivasi untuk terus mengembangkan bakat yang ada, tak peduli teman-teman saya tak menerima. Ini adalah tantangan sekaligus cobaan. Adalah saya, yang menderita semacam "penyakit" akut, dan sampai saat ini belum ada obat yang pasti. Tapi saya memercayainya sebagai anugerah, saya yakin bahwa itu bukanlah suatu kekurangan yang harus saya kubur. Pak, terima kasih atas apresiasinya, dan saya harap semua akan membawa kebaikan yang membaikkan.

Ini terjadi, tepat pada tanggal 27 Mei 2010 yang mengagumkan! Saya tak kan melupakannya. Suatu prestasi dan sekaligus kemenangan. Saya akui bahwa tanggal itu saya bisu, hanya dua kali saya bicara, walau kesempatan telah diberikan, tapi saya tahu bahwa kurang tepat ketika saya harus "memborong" semuanya. Terlebih, sentimental teman-teman yang tidak suka terhadap saya membuat saya sangat muak dan enggan untuk mengemuka. Dan sampai kapanpun, saya akan sangat sulit memaafkan dia, saya amat jengkel. Tak bermaksud mengumbar emosi di tengah tulisan ini. Akan tetapi itulah realitas yang kini saya hadapi. Saya dipersoalkan oleh rasa yang terkena "luka". Dan kau yang tahu, saya harap diam-diam saja, karena saya yakin, saya punya "sistem tersendiri" untuk mengatasinya.

Luapan cemas yang berlebih dalam dada, membuat saya menghukumi diri sendiri dengan sangat ektrim. Saya terlalu "bodoh" bila harus "tunduk" pada dia. Ingat! Tak kan saya "biarkan" ini terulang kembali. Saya akan bangkit! Dan akan meningkatkan sistem yang telah ada. Saya akan memberikan "asupan energi" lebih pada hari-hari depan. Itulah harapan saya.

Alhamdulillah, saya berhasil "mengekang" diri, suatu keberhasilan yang membuat saya pilu. Sungguh telah terbayar sudah. Dan ini adalah "tulisan" saya terakhir, dan merupakan performance yang paling "beku". Saya telah ucapkan janji pada yang membekukan saya itu, "Saya tidak akan! Saya tidak mau! Sampai kapanpun juga! Dan ini adalah ancaman paling mengerikan dari saya!" Bila saya bersama Anda di "depan", lagi, saya harap Anda dan saya masing-masing saja, daripada saya dan Anda bersama tapi "statement" Anda sangat menyakitkan saya sehingga saya harus menyumpahi Anda dengan sumpah serampah seperti ini. Saya akui, saya sedang "panas".

Mudah-mudahan ini ada gunanya, sebagai penawar utamanya, buat saya. Saya tak benci kepada Anda karena Anda juga ciptaanNya, sama seperti saya, tapi saya tidak suka dengan "cara" dan "tingkah polah" Anda mempermalukan saya, menghujat saya, yang semua itu dilakukan di depan mata teman-teman saya.

Bila kritikkan Anda, Anda lakukan dengan baik-baik, face to face, terlebih bila sifat dari kritikan itu adalah kontruksi, saya akan dengan bangga mengakui Anda sebagai teman sejati saya, sahabat yang "mengerti".

Mei, 2010.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AYAT-AYAT PEDUSUNAN (Telaah Puisi "Cipasung" Karya Acep Zamzam Noor)

First Making Love of Etaqi

Sabar, Rajin Shalat, dan Tekun Beribadah merupakan Bagian dari Tujuan Pendidikan dalam Islam