First Making Love of Etaqi Angin berbisik kapada dedaunan, dan mereka pun menari-nari tanpa lelah, upah dan patah. Dedaunan yang tua kalah, mereka harus menanggung risiko tersingkirkan dari domisilinya karena rapuh. Dan tak ada yang dapat mengubah itu, siapapun, dari manusia. Dedaunan itu memenuhi halaman kosanku, sungguh hal yang menjengkelkan. Karena pagi yang cerah terkontaminasi dengan serakan dedaunan yang, menurutku, tak seharusnya. Bahkan mawar merah yang sedang merekah pun terlihat jelek tatkala dedaunan itu memenuhi pot dan sekitarnya. Kuambil ijuk, dan kusapu bersih halaman kosanku. Rasanya lega ketika kulihat halaman ini terbebas dari sampah. Saat pagi, halamanku tak sekotor seperti biasanya, mungkin, pikirku, dedaunan tua itu sudah habis. Tetapi, hal yang tak kuinginkan terjadi. Etaqi, seorang lelaki tampan yang beberapa hari ini lalulalang dipikiranku, termangu, sangat menyedihkan sekali aku melihatnya. Dia lusuh, wajahnya tak lagi membinarkan keceriaan. Matanya jontor, ba
Komentar
Posting Komentar
sematkan komentar di blog ini