Kabut Biru
Bibirmu hitam,
melebar, selebarnya: seksi, manis.
Tarik tambang aku
di balik tirai kabut
biru, kau memesona.
Pisang-pisang menguning
menyuarakan kegentingan
masa, masa puber yang
hilang, yang lewat.
Trotoar-trotoar menjadi
bisu, padahal biasa
berkata: Jangan injak
aku, injak sana raya,
sana!
Namun melati-melati
di taman kota selalu
putih merona, menggelitik
trotoar, ah, terseyum
untuk trotoar.
Ada masanya,
kabut biru,
selimut hangat.
07/03/2010
melebar, selebarnya: seksi, manis.
Tarik tambang aku
di balik tirai kabut
biru, kau memesona.
Pisang-pisang menguning
menyuarakan kegentingan
masa, masa puber yang
hilang, yang lewat.
Trotoar-trotoar menjadi
bisu, padahal biasa
berkata: Jangan injak
aku, injak sana raya,
sana!
Namun melati-melati
di taman kota selalu
putih merona, menggelitik
trotoar, ah, terseyum
untuk trotoar.
Ada masanya,
kabut biru,
selimut hangat.
07/03/2010
Komentar
Posting Komentar
sematkan komentar di blog ini