The Data's
The Data's
Malam pergantian tahun, kamu tak ke mana, sedang dia berjalan menyusuri laut mentupi pantai dengan pasirnya yang dia genggam. The Data's, sebuah rahasia bagimu. Kau menyimpan semuanya di sana saat itu: Cerita nakalmu, gambar nekatmu, puisi Otis, dan rencana memperlakukan Elia saat malam pertamanya denganmu, itupun bila jadi nikah. Bila tak, maka istrimu yang lain akan melemparimu dengan ciuman indah kala senja menjadi berlian mahal.
The Data's, merangkul semua tentangmu, tentang dia yang selalu selingkuh, tentang kamu yang selalu ingin memimpikan Elia bisa tidur denganmu. Genggam tangan masa depan, lupakan dia. Bentuklah yang baru. The Data's adalah masa lalu, tinggalkan dia!
Peluk napas pagiku, dengarkan nadiku menawarimu. Dia hanya sesaat. Lihat aku, keabadiaan. Kamu dan dia tak pantas bersatu, The Data's hanya akan mengingatkanmu pada dia, pada Elia yang tak pernah kau lihat. Hanya kau lihat di The Data's saja.
Enter aku, biarkan aku merasukimu. Biar kuhapus The Data's dari ingatanmu, biar kuobrak-abrik dia bila terus bercokol dilogikamu. Aku mencintamu. Aku sayang padamu. Lupakan dia dan peluk aku, cium aku, setubuhi aku, bagian manapun akan kuberi, asal lupakan Elia dan The Data's itu. Aku rela lakukan apapun, asal kau tak tergiur lagi padanya.
Dia hilang, jangan harapkan dia. Harapanmu adalah aku. Aku harapanmu. Yang mencintamu setulus hati. Jangan, jangan pernah kau bayangkan aku sebagai Elia ataupun The Data's, bayangkan aku seutuhnya aku. Aku tak mau pikiranmu mengkhianatiku. Aku tak mau matamu berbohong untukku. Aku tak mau kau setubuhi aku, padahal kau bermimpi dengan Elia dalam mimpimu melakukan itu.
Kamu harus tahu, dia tak suka padamu, makanya dia berlari. Menjauhimu sejauh-jauhnya. Lihat aku, aku sayang padamu, makanya aku samperi dirimu, menyiapkan ladang untukmu, untuk kau nikmati semaumu, sepuasmu. Kau, lihatlah aku. Aku bukai rompiku, aku bukai bajuku, aku bukai hingga tak satu helai pun padaku, tapi kenapa kau biarkan aku. Jamahlah aku. Kamu harus lupakan dia: Elia dan The Data's.
Saat mentari panas, dendang dangdut merusak gendang telingaku. Dan aku lihat dia merebut suamiku. Dia menggoyangnya, sedangkan aku dibiarkannya sendiri di dapur. Dasar Elia, tak pantas dia ada di sini dan merebut suamiku. Akan kulabrak dia. Pergi kau! Geramku, tapi dia malah menempel asyik di tubuh suamiku. Aku sangat kesal, dan aku lempari dia dengan batu-batu. Sampai berdarah kulihat, sampai berbenjol kupandang. Dia sangat kasian. Lalu aku membiarkannya bersama suamiku. Padahal hatiku hancur: suamiku lebih memilih wanita terluka itu daripada aku yang istrinya, yang melempari wanita itu hingga mungkin mati.
Aku dapati malamnya, dia sangat bergairah padaku. Sampai jam 10 malam, padahal kami memulainya pukul 07. Dia terus gerus aku. Dia terus lumat aku tanpa hentinya. Dan malam pun larut, aku lihat The Data's tersenyum padaku dan Elia juga. Aku senang, Elia tak marah. Padahal aku telah melukainya.
Jaga sikapmu, cemburu boleh, tapi jangan terlalu, aku mencintaimu. I love you. Kata-kata suamiku itu hingga kini kupegang.
I love you too
Jakarta, February 5, 2010
Komentar
Posting Komentar
sematkan komentar di blog ini