Bonsrot; Gelarmu Dariku
Bonsrot
Gelarmu dariku
Kala malam dengkuran
Langit pandita langit, merekuh
Merangkul dedaunan
Menciumi aroma, kemangi
Dalam tubuhmu
Bonsrot,
Maju itu ke belakang,
Apalagi mundur ke depan,
Kau bercanda bila kau katakan,
"Langit itu berwarna biru"
Kau simpang, bila kemudian
Kau berpandangan bahwa:
"Api itu dingin"
Lain jika Nabi Ibrahim,
itu mukzijat
Apa hendak kau kata, bonsrot!
Kau selalu belaka bila berkata
Kau selalu menghasilkan nol bila
berseluncur nada-nada
Tak perlu
Hanya pantatku kini yang mendengar
Ucehanmu
Kau banyak mengigau
Saat malam purnama yang jelas untukku.
Dan setelah lama
Menanti, bahagia kini meraupku,
Kau telah kembali.
Ahahay …
Jakarta, February 5, 2010
Gelarmu dariku
Kala malam dengkuran
Langit pandita langit, merekuh
Merangkul dedaunan
Menciumi aroma, kemangi
Dalam tubuhmu
Kau begitu pasrah, pada awalnya
Tapi kemudian kamu ingkari, kepasrahan itu
Sebagai, politikmu untuk menghentikan
Kebiasaan ayam jantan berkokok
Di pagi subuh
Kau selalu bersilat lidah, pada malam
Malam berikutnya, ucapanmu ngawur, tak karuan
Dan rasanya aku ingin kentuti mulutmu dengan
Heharuman bendot yang tak jelas wanginya
Apa
Bonsrot,
Kemudian aku namai kau seperti itu
Setelah malam itu
Aku muak padamu,
Tapi aku pun tahu, bahwa
Lapar pasti makan
Tak ada cerita haus akan minum pergi
Ke toko sepatu atau ke kelenteng
Tak ada cerita,Maju itu ke belakang,
Apalagi mundur ke depan,
Kau bercanda bila kau katakan,
"Langit itu berwarna biru"
Kau simpang, bila kemudian
Kau berpandangan bahwa:
"Api itu dingin"
Lain jika Nabi Ibrahim,
itu mukzijat
Apa hendak kau kata, bonsrot!
Kau selalu belaka bila berkata
Kau selalu menghasilkan nol bila
berseluncur nada-nada
Tak perlu
Hanya pantatku kini yang mendengar
Ucehanmu
Kau banyak mengigau
Saat malam purnama yang jelas untukku.
Dan setelah lama
Menanti, bahagia kini meraupku,
Kau telah kembali.
Ahahay …
Jakarta, February 5, 2010
Komentar
Posting Komentar
sematkan komentar di blog ini