Short, short story By AA Aminuloh Mei awal, bagi Yunus adalah suatu bulan yang
menyakitkan. Yunus adalah teman karibku, dia selalu menceritakan apapun
kepadaku, mulai dari masalah personalnya, sampai masalah sosial dan
psikologisnya. Ceritanya seperti ini. Pada malam Sabtu (01/05) dia datang
padaku dengan tersedu. Aku tak tahu apa maksudnya, tapi aku coba bersabar untuk
mendengarkan alasan
dibalik menangisnya itu. Tanpa kuminta, Yunus kemudian mengalir saja. Hari ini benar-benar
sakit, aku kira semua akan berakhir dengan kebahagian, dan aku akan bisa
wujudkan cita-citaku, tapi nyatanya itu semua tak terjadi. Aku hanya seorang
yang terbuang bukan dari kumpulannya. Aku tak menyesal, tapi hatiku sesak, aku
tak bisa dengan mudah menerima ini. Aku sudah terlanjur malu oleh Ibuku,
Bapakku, teman-temanku. Aku sudah tak kuat, aku sudah hampir putus asa. Aku
lemas. Aku tahu, aku mungkin
terlalu bodoh, aku mungkin, aku sangatlah tolol sehingga terjebak oleh
permainan yang sebenarn