Malas, No!
"Kenapa kumalas?" Pertanyaan sepele itu, kusambar saja langsung, "Kamu itu tidak malas!" Dan dia, kulihat masih menyernyitkan kening, "Ucapanmu sendiri yang buat malas. Tahu?" Lanjutku, ingin tetap yakinkan dia, kalau sesungguhnya kemalasan itu bukan timbul dari diri, tapi diciptakan: diciptakan oleh ucapan kita sendiri yang sering berkata "Aku malas". Sehingga, respon saraf, respon hati, respon gerak tubuh, menjadi padu dan sepakat untuk membangun "imperium malas". Lalu, aku bercerita pada dedaunan sore yang kekuningan itu, kulantangkan pada dahan-dahannya, "Dulu, aku adalah seorang yang malas, malas ini itu: malas baca, malas ke mana juga, malas ngobrol, malas jalan, malas mengerjakan tugas; malas apa-apa." Kumenghela napas, lalu kukeluarkan dengan perlahan, "Tapi kini dan selanjutnya, aku tak lagi malas, karena malas itu buat sengsara, buat tidak sukses, malas itu biang bencana, biang kemelut, biang lara, malas itu